Lelah Menunggu Janji, Warga Kampung Gegunung Bangun Jembatan Sendiri

Foto Kampung Gegunung, Desa Buniayu, Kecamatan Sukamulya, Kabupaten Tangerang

Tangerang. datapos.id– Setelah lima tahun menanti tanpa kepastian dari pemerintah, warga Kampung Gegunung, Desa Buniayu, Kecamatan Sukamulya, Kabupaten Tangerang, akhirnya memilih untuk bertindak sendiri. Dengan semangat gotong royong, mereka membangun jembatan penghubung ke Kampung Pabuaran, yang selama ini menjadi akses vital bagi pelajar dan masyarakat setempat.

Jembatan ini menjadi jalur penting bagi siswa SMP Negeri 1 Sukamulya dan SD Negeri 01 Buniayu, sekaligus memperpendek perjalanan ke Pasar Benda dan kantor Kecamatan Sukamulya melalui Kampung Panameng, Desa Kaliasin. Sejak 2019, warga telah mengajukan permohonan pembangunan kepada pemerintah daerah, tetapi tak kunjung ada realisasi.

 

Tak Kunjung Direspons, Warga Bergerak Sendiri

Dany, salah satu tokoh masyarakat, mengungkapkan bahwa berbagai upaya telah dilakukan, termasuk melalui Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) tingkat kecamatan serta penyampaian aspirasi ke dinas terkait dan anggota dewan. Namun, semua usaha tersebut hanya berujung pada janji tanpa tindakan.

“Kami sudah berkali-kali meminta pembangunan jembatan ini, tapi tidak pernah ditindaklanjuti. Padahal, akses ini sangat dibutuhkan oleh anak-anak sekolah dan warga yang beraktivitas setiap hari,” ujar Dany.

Tak ingin terus terjebak dalam ketidakpastian, warga bersama Pemerintah Desa Buniayu akhirnya berinisiatif membangun jembatan secara swadaya dengan dana hasil urunan masyarakat. Kepala Desa Buniayu, Hamdani SM, menegaskan bahwa masyarakat tidak bisa lagi hanya berharap pada pemerintah.

“Jembatan ini sangat krusial, terutama bagi pelajar yang harus menempuh perjalanan lebih jauh tanpa akses yang layak. Selain itu, pedagang dan pekerja juga sangat bergantung pada jalur ini,” kata Hamdani.

 

Pembangunan Bertahap, Sesuai Kemampuan Dana

Hamdani juga menyebutkan bahwa selain jembatan yang saat ini dibangun, masih ada dua jembatan lain di Desa Buniayu yang kondisinya sangat memprihatinkan dan berisiko membahayakan pengguna. Bahkan, pernah terjadi insiden mobil tercebur ke sungai akibat jembatan yang sudah tidak layak pakai.

Karena keterbatasan dana, warga sepakat membangun jembatan secara bertahap. Pada tahap awal, mereka fokus membangun pondasi yang kuat, sementara bagian lantai akan menggunakan material yang tersedia untuk sementara waktu.

“Kami membangun dengan dana yang ada, tetapi tetap mengutamakan keamanan dan ketahanan agar jembatan bisa digunakan dalam jangka panjang,” jelas Hamdani.

Agar proses pembangunan berjalan transparan, warga juga diajak untuk mengawasi langsung pengerjaannya, memastikan hasilnya sesuai dengan harapan dan kebutuhan masyarakat.

“Kami ingin masyarakat ikut terlibat dalam pengawasan, sehingga pembangunan ini benar-benar memberikan manfaat nyata,” tambahnya.

Melalui langkah swadaya ini, warga berharap pemerintah daerah lebih peka terhadap kebutuhan infrastruktur yang sangat mendesak bagi masyarakat, terutama akses yang menunjang aktivitas harian mereka.

 

error: Content is protected !!